//

Hasil Pembenaran Oleh Iman

0
Diposkan oleh TheAre on Friday, February 8, 2013
HASIL PEMBENARAN OLEH IMAN


Pendahuluan
Dalam mempelajari tulisan Paulus, ada beberapa ayat yang perlu kita perhatikan terlebih dahulu sebagai bahan landasan awal dalam mendalami pemikiran Paulus.
1. Kisah Para Rasul 22:21, "ナ Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain."
Paulus dikususkan untuk penginjilan pada bangsa-bangsa lain di luar bangsa yahudi.
1. Kisah Para Rasul 21:21, " ナ untuk melepaskan hukum Musa, ナ jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita."
Pekabaran Paulus berintisari pada tiga bagian di ayat tersebut yaitu hukum Musa, sunat dan adat istiadat.
2. 2 Petrus 3:15-16, "ナ  Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, ナ"
Para rasul yang lain juga menyadari bahwa surat-surat Paulus terdapat hal-hal sukar dipahami, sehingga membutuhkan iman yang kuat dalam mempelajari tulisan-tulisan rasul besar ini.

Dari 3 ayat di atas dari sekian banyak ayat-ayat pendukung lainnya dapat memberikan kita gambaran karakteristik tulisan-tulisan Paulus yang tertuang pada surat-suratnya. Sebagai penginjil untuk "orang-orang kafir" - setidaknya begitulah pemikiran orang-orang Kristen yahudi saat itu - adalah hal yang sulit untuk mengajarkan mereka tentang jalan keselamatan hanya melalui Yesus sementara di sisi lain ada oknum-oknum yahudi tertentu yang sering mendahului Paulus, dengan pengajarannya yang menghendaki orang yang menjadi Kristen harus mengikuti tata cara yahudi. (baca Kisah. 15)

Selain ayat-ayat tersebut, kita juga harus melihat latar belakang permasalahan jemaat di mana Paulus mengalamatkan suratnya. Kita dapat mempelajarinya lewat buku Kisah Para Rasul, beberapa ensiklopedia Alkitab yang terpercaya serta referensi terkait lainnya.

Umat Pilihan

Rencana penyelamatan ini telah dirancang sebelum dunia ini diciptakan. Saat manusia berdosa, realisasi dari rencana keselamatan tersebut menjadi pasti seiring dengan subjeknya yang telah pasti.

Sejak semula, rencana keselamatan itu dirancang melalui satu kelompok manusia, yang akan mempengaruhi bumi yang berdosa ini untuk mengenal penyelamat yang akan membawa keselamatan bagi bumi itu, sehingga melalui merekalah, semua bangsa akan diberkati (Kej. 12:3).

Semulah ALLAH telah menetapkan umat pilihannya pada manusia-manusia pertama, yaitu ketika keturunan Set disebutkan sebagai anak-anak Allah. Namun ketika anak-anak Allah itu membuat kesalahan dengan bergaul dengan anak-anak manusia (keturunan Kain), menyebabkan keturunan tersebut menjadi generasi yang tidak terkendali dalam tingkat kejahatan yang sangat tinggi, sehingga "ALLAH menyesal" menciptakan manusia yang berujung pada tindakan pemusnahan masal umat manusia saat itu. Namun Allah masih menyisahkan kelompok kecil dari keluarga Nuh untuk memperbaiki kegagalan keturunan sebelumnya. Nuh sendiri tidak dapat mempertahankan identitas "orang benar" setelah peristiwa air bah, sehingga keturunannya pun terpecah menjadi bangsa-bangsa yang jahat. Selatelah sekian lama, keturunan ke-10 dari Nuh yang  selanjutnya terpilih. Satu keluarga yang akan dibentuk Tuhan menjadi bapa dari bangsa yang besar. Dipanggil-Nyalah Abram dan keluarganya keluar dari tempat mereka ke suatu tempat yang akan ditunjuk Tuhan. Abram yang kemudian menjadi Abraham (bapa dari bangsa yang besar, Kej. 12) memenuhi panggilan tersebut, dan dimulailah perjanjian yang jelas mengenai bangsa pilihan tersebut.

Sejak dicetuskan Tuhan rencana bangsa pilihan tersebut, Allah bermaksud bukan hanya untuk menyelamatkan bangsa yang telah ditentukan-Nya menjadi umat pilihan. Sebaliknya melalui umat pilihan itulah bangsa-bangsa lain akan menerima berkat (keselamatan) (baca kitab Yesaya, Yes. 65:17-25,  Yes. 66).

Namun bangsa pilihan yang telah dipelihara Tuhan sedemikian lama itu membuktikan mereka tidak layak menjadi umat pilihan (ナ.Yes. 48:4 "... kepala batu,"). Sehingga perjanjian terhadap umat pilihan tersebut berubah bentuk menjadi perjanjian iman. Inilah yang disebut Kerajaan Kasih Karunia atau Kerajaan Sorga yang dimaksud Yohanes pembaptis dalam Mat. 3:2, "Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat." Umat yang akan menjadi bagian dari bangsa pilihan tersebut akan mengikat perjanjian bukan dalam bentuk perjanjian secara fisik lagi seperti yang dilakukan Tuhan dengan Abraham yaitu melalui keturunan dan sunat, namun perjanjian tersebut secara rohani yaitu melalui iman. Kerajaan kasih karunia tersebut didirikan pada penggenapan dari semua ibadah fisik yang dilakukan oleh umat pilihan sebelumnya, yaitu bentuk asli dari semua tata cara ibadah dan penyembahan bangsa pilihan tersebut digenapi. Dengan demikian, setiap lambang yang mengikutinya dengan sendirinya berakhir(Kol. 2:17, "... bayangan..."). Dengan demikian, sekarang ini Allah masih mempunyai Umat Pilihan, yang dipilihnya dari semula (Rom. 8:30), melalui iman, dan yang menjadi penanda masukknya umat ke dalam kelompok itu bukan lagi melalui sunat lahiriah melainkan melalui apa yang disebutkan Paulus yaitu sunat hati (Roma 2:29).

Maksud Tuhan terhadap Umat Pilihan

Umat pilihan dimaksudkan Allah untuk menjadi sarana dimana dunia dapat mengenal Allah dan menyadari penyelamatan mereka. Bangsa Israel dipilih dengan tujuan untuk menjadi sarana melalui mereka Tuhan memberkati dan akan menyelamatkan umat manusia (Kej. 12:3, 22:18, Yes. 65, 66). Umat pilihan rohani juga dimaksudkan untuk maksud yang sama (Mat. 28:19, 20)

Dengan demikian, maksud dari dipilihnya umat pilihan bukanlah untuk memilih kelompok orang yang dapat diselamatkan, melainkan memilih kelompok orang yang akan menjadi sarana dimana Tuhan akan menyelamatkan seluruh umat manusia, (aplikasinya tersirat pada kisah Nabi Yunus dengan kota Ninewe). Sedangkan keselamatan itu diuntukkan bagi setiap orang, tapi yang akan menerimanya adalah mereka yang menyadari akan kebutuhannya terhadap keselamatan oleh Allah yang hanya melalui Yesus Kristus (pada zaman Israel melalui Lambang-lambang-Nya).

Sehingga sekarang ini, kita bergabung dalam kelompok Gereja Advent, bukanlah untuk memastikan kita selamat, melainkan kita ada disini untuk sebuah misi, yaitu membantu orang lain untuk mengenal penyelamatan mereka.

Perbuatan dan Hukum

Hukum adalah sifat atau tabiat Allah, karena Allah adalah Kebenaran dan Hukum adalah Kebenaran bagi manusia berdosa. Kebenaran ini telah dihidupkan dengan sempurna oleh Yesus, yang disebut manusia yang tidak pernah berbuat dosa. Gambarannya terdapad di beberapa ayat berikut ini: Maz 19:8-10, (... sempurna, murni, benar, adil ...) Rom. 7:12, (... kudus, benar, baik ...") Mzm. 119:151, (... selama-lamanya...)

Pada waktu penciptaan, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26). Pada waktu manusia berdosa, peta dan gambar Allah itu telah dirusak oleh dosa, sehingga dibutuhkan pemulihan. Apakah yang dimaksud dengan peta dan gambar Allah itu? Kita dapat mendeskripsikan itu sebagai bentuk fisik kita. Jadi kalau kita memiliki fisik (seperti: kepala, mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dllナ) berarti Allah juga mempunyai ciri-ciri fisik yang sama. Namun hal tersebut dapat juga kita deskripsikan sebagai bentuk dari karakter atau sifat. Allah mempunyai sifat atau karakter kebenaran, demikian juga manusia memilikinya (serupa dengan Allah). Setelah manusia jatuh dalam dosa, karakter Allah itu perlahan hilang dan digantikan dengan karakter yang sama sekali berbeda dan bertentangan. Allah ingin manusia untuk kembali ke peta yang semula, namun manusia telah larut dalam keberdosaannya sehingga tidak dapat membedakan keduanya. Sehingga Allah sendiri mendeskripsikan karakternya atau peta Allah itu dalam bentuk Hukum Allah, yang akan menjadi pedoman kehidupan yang benar. Dengan demikian, melaluinya manusia dapat mengetahui seberapa bedanya dia dari kebenaran Allah itu (seberapa berdosanya ia) Roma 5:20, "Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah." Itu bukanlah keselamatan, sebab keselamatan dirancang Allah waktu itu dalam bentuk lambang-lambang dan tata cara umat pilihan yang akan mengarah pada penggenapan aslinya yaitu Yesus Kristus.

Inilah identitas umat pilihan Allah waktu itu, sehingga bangsa Israel diwajibkan  melakukan semua ketetapan yang diberikan Tuhan lewat hamba-Nya Musa (Imamat 20:8, "... kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya, ...") hingga genap waktunya (Gal. 4:4), semua perbuatan penurutan mereka digenapi melaui Yesus Kristus (Rom. 10:4), sehingga penyelamatan mereka yang selama ini berdasarkan perbuatan penurutan mereka atas ketetapan-ketetapan yang Tuhan telah tentukan menjadi penyelamatan yang sesungguhnya.
Galatia 3:23, "Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, ナ"
Galatia 3:24 , "Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman."
Galatia 3:25 , "Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun."
Galatia 3:26 , "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus"
Dengan demikian, semua perbuatan penurutan tersebut tidak diperlukan lagi, karena penyelamatan itu telah datang. Efesus 2:15, "sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera"

Pembenaran dapat digambarkan sebagai pemulihan citra Allah.
Roma 3:24, "...kita dibenarkan oleh penebusan Kristus..." maksudnya? Ayat 28, "...manusia dibenarkan karena iman,..."  hasilnya Roma 5:1, "... hidup damai sejahtera dengan Allah..."
ini masih terlalu abstrak, mari kita lihat selanjutnya...
Roma 4:14, "... kita tidak dikuasai oleh dosa..."
Roma 6:11, "... mati bagi dosa, hidup bagi Allah..."
Roma 7:6, "... kita telah dibebaskan dari tuntutan hukum taurat..."
Roma 7:18, "... dimerdekakan dari dosa..."
Ya.... kita telah dibenarkan dan telah terbebas dari dosa atau tuntutan hukum taurat. Hukum taurat hanya menunjuk seberapa berdosanya kita (banyak dosa). Tapi kita sudah diperhitungkan benar oleh Yesus melalui kematiannya, dengan demikian kita sudah terbebas dari hukum yang mengikat orang berdosa itu. Jika kita terbebas dari tuntutan hukum tersebt maka hukum tidak bekuasa lagi terhadap kita artinya kita sudah diatas hukum, dengan demikian penurutan terhadap hukum itu tidak diperlukan. Apakah benar demikian?
Yang menjadi pertanyaan adalah, perbuatan penurutan yang mana yang tidak diperlukan lagi?

Yang kita tau selama ini adalah yang dimaksudkan dengan beberapa ayat yang menyatakan penurutan terhadap hukum taurat disini adalah semua tindakan penurutan terhadap hukum musa yaitu hukum-hukum upacara dan adat istiadat bangsa israel. Namun coba kita perhatikan ayat-ayat berikut ini:

" Roma 2:21 "Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?"
Ayat 22 "Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?"
Ayat 23 "Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?"
Selanjutnya, pasal 7 dalam buku Roma menyinggung Paulus lagi apa yang ia maksudkan dengan hukum taurat yang dia jelaskan panjang lebar dalam kitab tersebut, itu terdapat pada ayat 7 dan 8, "...Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!" ..."
" Dalam Galatia 5:14, Paulus menyimpulkan apa yang dimaksudkannya dengan hukum taurat "... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" yang kita tau bersama ini adalah gambaran singkat dari Hukum Allah yang kedua itu.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pandangan Rasul Paulus dalam membahas mengenai hukum taurat dalam surat-suratnya adalah secara keseluruhan hukum yang ada sejak zaman musa. Dengan demikian, apakah dengan ini kita dapat simpulkan bahwa benarkah hukum itu sudah tidak berlaku bagi kita yang telah dimerdekakan dari dosa? Apakah penurutan terhadap hukum itu tidak diperlukan lagi bagi mereka yang telah hidup oleh Roh? (Galatia 5: 18, " Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.") (Galatia 2:16, "... tidak ada seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat.")

Ya... benar. (ini bukanlah ajaran baru yang bertentangan dengan iman yang selama ini kita miliki).
Yang penting disini adalah penjelasannya,
"mengapa demikian?"

Untuk menjawabnya, sebaiknya kita menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu,
apakah penurutan itu?

Ilustrasi I :
"seorang anak sekolah terlihat sementara memungut sampah."
>>Apakah anak tersebut adalah anak yang baik?
>>Ya... tentu saja!! (secara spontan orang pasti menjawab).
"Tapi ternyata anak tersebut memungut sampah karena diperintah gurunya."
>>Apakah anak tersebuk masih anak yang baik?
>>Yaナ tentu saja, karena dia anak yang penurut.
"Esoknya gurunya kembali menyuruh dia mengangkat sampah, lalu dia melakukannya lagi."
>>Apakah anak tersebut masih anak yang baik?
>>Yaナ tentu saja, karena dia masih menurut.
"Jika esok gurunya tidak menyuruhnya mengangkat sampah,"
>>apakah dia masih akan mengangkat sampah juga?
"Kalau jawabannya tidak,"
>>apakah dia masih anak yang penurut?
>>Yaナ karena tidak ada perintah.
>>apakah dia anak yang baik?
"Kalau jawabannya ya,"
>>apakah dia dikatakan anak yang baik?

Di antara 2 tindakan terakhir, jika anak tersebut tidak mengangkat sampah, dia tidak salah. Karena tidak ada perintah, dia adalah seorang penurut. Tapi apakah itu perbuatan yang benar?
Jika anak tersebut tetap mengangkat sampah, apakah tindakannya itu karena dia menurut?
Manakah tindakan yang benar?

Ilustrasi II:
Di sebuah asrama, penghuni asrama sebelumnya tidak pernah berteriak-teriak hingga menggangu orang lain. Jadi tidak ada aturan di asrama yang "melarang berteriak di asrama." Kemudian generasi berikutnya masuk ke asrama. Generasi ini suka berteriak-teriak hingga orang lain terganggu. Maka keluarlah aturan "Dilarang berteriak di Asrama." Jika aturan dilanggar, akan dikenakan sanksi. Sejak aturan tersebut dikeluarkan, mereka menjadi sedikit tenang, walau terkadang masih suka teriak dan yang pasti mendapat sanksi. Hingga satu saat, mereka benar-benar sadar bahwa itu tidak baik, dan tidak ada lagi yang suka beteriak di asrama. Beberapa waktu kemudian, aturan tersebut dicabut, tetapi tidak terdengar lagi teriakan-teriakan di asrama.

"Waktu kapan tindakan penghuni asrama tersebut dikatakan baik?"
Waktu ada aturan atau waktu dicabut aturan tersebut?
"Mana yang disebut penurutan?"
Waktu ada aturan tersebut, atau waktu peraturan tersebut dicabut?
Tindakan mereka setelah aturan dicabut sebagai apa?
Manakah tindakan yang benar?

Kedua ilustrasi di atas menggambarkan apa itu penurutan dan apa itu gaya hidup/tabiat/karakter. Penurutan itu menggambarkan adanya satu aturan yang berusaha untuk diikuti atau dituruti, dimana ada satu tindakan lain yang bertentangan dengan aturan tersebut yang dapat dilakukan jika aturan tersebut tidak ada. Sedangkan karakter adalah satu gaya hidup, dimana dia akan melakukan hal yang demikian dengan atau tanpa adanya aturan. Inilah yang akan membedakan mana perbuatan yang benar dan yang tidak benar.

Kalau Yesus ada di bumi ini sekarang, apakah dia akan menurut hukum?

Ilustrasi:
Diilustrasikan bahwa Amerika adalah negara impian semua orang. Presiden Amerika Obama menyatakan bahwa Orang Indonesia berhak masuk Amerika, karena dia pernah hidup di Indonesia. Hanya saja, di Amerika itu, semua orang menggunakan Bahasa Inggris. Maka ditangkanlah guru2 bahasa ingris dari Amerika untuk mengajar orang Indonesia supaya bisa berbahasa inggris. Orang Indonesia tau bahwa berbahasa inggris adalah syarat orang bisa masuk ke Amerika, padahal bahasa inggris adalah bahasa di Amerika, sehigga bila orang ke Amerika tapi tidak tau berbahasa ingris maka amerika tidak akan cocok bagi dia.
Jika Obama datang ke Indonesia lalu berbahasa inggris, apakah dia berbahasa inggris supaya bisa ke Amerika?
Bahasa inggris adalah bahasa orang Amerika, jadi mereka berbahasa inggris karena mereka orang Amerika.

Jika kita masih melalukan penurutan karena hukum menghendaki seperti itu, berarti kita masih dibayang-bayangi dosa. Maksudnya kita masih cenderung melakukan dosa jika hukum itu tidak ada. Yang seharusnya, tanpa hukum itu pun, kita tidak akan melakukan dosa itu. Itulah yang dimaksudkan Paulus dalam banyak tulisannya, seperti Roma 6:11 "ナ kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Yesus Kristus." Roma 6:15-17, "... apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak..." Galatia 5:13, "... janganlah kamu menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa..."

Bagaimana kita dapat melakukannya?

Itulah yang dimaksudkan dengan hasil dari pembenaran oleh iman. Oleh iman kita percaya bahwa Yesus telah menggenapi semua ketetapan Allah sebelumnya untuk menjadi jalan keselamatan. Yesus telah mati dan hidup kembali, dengan demikian kita telah diselamatkan oleh kematian Yesus. Dengan demikian, kita semua telah percaya bahwa kita telah diselamatkan. Benarkah? Yahナ kita belum yakin kalau kita sudah selamat. Kita masih di dunia yang berdosa, masih merasakan akibat-akibat dosa, masih harus bergumul dengan kecendrungan keberdosaan kita, apakah kita sudah selamat sekarang? (Efesus 2:4-7  paralel Roma 6:11 paralel Kolose 2:20 - 3:1-17).
" Efesus 2:6 "dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga"
" Efesus pasal 4 dan 5, - Manusia baru dan Hidup sebagai Anak-anak Terang-
" Kolose 2:20 "Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia"
" Kolose pasal 2 dan 3, -perkara yang diatas, manusia baru-

Dengan demikian, jika kita telah yakin dengan iman kita telah diselamatkan Yesus, demikian juga kita yakin bahwa kita sedang dalam tahap pemulihan kepada peta Allah itu atau pemulihan pada karakter orang benar sebagaimana penciptaan manusia sebelum tercemar oleh dosa. Dengan demikian, kita akan melihat bahwa kehidupan kita tidak lagi memerlukan hukum sebagai penuntun bukan karena hukum itu tidak berguna, melainkan kehidupan orang benar akan sendirinya mencerminkan kehidupan yang serupa itu. Abraham yang dikenal dengan bapa dari semua orang beriman, telah menghidupkan kehidupan seperti itu jauh sebelum hukum taurat dideklarasikan Tuhan di gunung sinai. (Kej. 26:5, "karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku.") Ilustrasinya pada Rom. 2:14,15 "... hukum taurat bagi diri mereka sendiri...". Jika ibadah kita hanya berupaya untuk memenuhi tuntutan hukum, itu artinya kita masih dalam bayang-bayang dosa, yang beberapa orang bilang,
"yah... kalau seandainya hukum itu dipalangkan, berarti kita sudah bisa mencuri, atau membunuh ...."

"Jika demikian kita hanya sama dengan sebagian besar pengguna kendaraan bermotor yang dengan setia memakai helm."

itu artinya bahwa, penurutan kita itu karena kita masih dalam kungkungan dosa dan belum dimerdekakan dari dosa, atau kita masih hamba dosa padahal kita telah dimerdekakan dari dosa. - (Roma 6:15, "Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak." Rom. 6:18, "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." Roma 6:6, "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa," Galatia 5:13, "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih") - sehingga kita hidup diatas hukum. Dengan demikian, dengan atau tanpa hukum pun, kita akan tetap dalam standard karakter Allah itu, yaitu kebenaran.
Implementasi ini dapat dilihat dalam beberapa ayat berikut,
Roma 8:29, "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara"
Roma 7:14, "Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani"
Roma 7:22, "Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,"
Roma 7:26, "Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, ..."
Roma 8:4, "supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh"
Roma 8:14, "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah."

Bagaimana dengan keberadaan kita sekarang. Apakah ini menandakan kita sudah selamat? Kita masih sering berbuat dosa, masih mengalami akibat-akibat dosa. Bagaimana mungkin kita meyakinkan diri kita bahwa kita sudah diselamatkan?

Roma 8:17, "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."
Roma 8:18 "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."
Roma 8:22," Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin."
Roma 8:23, "Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita."
Roma 5:3,4, "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan."
Tahap Penyucian:
Roma 8:29,30, "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita masih harus tetap bergumul dengan kecendrungan dosa kita, namun dengan iman kita yankin akan dimampukan setiap kali kita datang pada Yesus, yang adalah pelaksana kehidupan benar tanpa cacat itu. Inilah yang dimaksud Paulus "...tetap kerjakan keselamatanmu" (Filipi 2:12). Tapi kita tidak sendirian, karena Roma 8:26, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."

Penderitaan dan kepahitan yang kita alami ini bukan karena kita belum selamat, tapi karena tubuh kita belum dimuliakan, dan masih tinggal di bumi ini dengan segala konsekuensi dosa. Tinggal tahap pemuliaan itulah yang kita tunggu untuk memulihkan secara menyeluruh peta Allah itu dalam diri kita. Kita yang telah dibenarkan juga masih memiliki tubuh yang lemah, namun dengan keadaan kita sekarang bukan berarti kita belum selamat. Ingat Henok, Elia dan Musa, mereka manusia yang lemah, tidak lepas dari kesalahan dan dosa mereka, tapi mereka bisa diangkat ke sorga (telah dimuliakan). Karena apa? Hidup bergaul dengan Allah. Hidup bergaul dengan Allah bukanlah hidup tanpa kelemahan atau terhindar dari dosa, namun justru dalam kelemahan kita itu, kita akan disadarkan kebergantungan kita kepada Allah dan bergantung kepada Allah sepenuhnya. Setiap hari, kita dalam proses pemurnian tabiat Allah hingga pada saatnya nanti kita akan dimuliakan (Kedatangan Kristus Kedua kali)

Jadi...,
Untuk apakah kita menyucikan hari sabat?
Untuk apakah kita tidak membunuh, dll...? Apakah untuk menurut hukum?
Jika jawaban kita karena menurut hukum, kita masih seperti pemuda kaya yahudi yang bertanya pada Yesus "Apa lagi yang dapat saya perbuat untuk selamat?"
Sebelum zaman pemuda tersebut, Allah telah mengetahui ibadah bagaimana yang dilakukan oleh orang-orang israel yang mengetahui mereka adalah umat pilihan Allah.

Yesaya 1:11,13, "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan."
Hosea 6:6, "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran"
Matius 9:13, "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Kita lakukan semua itu karena "seperti itulah orang yang benar itu." Itulah karakter Allah yang harus dipulihkan dalam diri setiap manusia, dan orang yang telah dibenarkan akan menghidupkan karakter itu. Ini bukanlah bentuk penurutan lagi, tapi ini adalah tabiat. Dengan atau tanpa penuntun (hukum taurat), orang benar itu akan belaku sebagaimana tuntutan hukum itu karena itulah standard kebenaran yang akan dihidupkan oleh setiap orang yang telah dibenarkan. Dimana lagi tempat penurutan itu? Tidak ada lagi penurutan terhadap hukum tetapi yang adalah penghidupan karakter yaitu karakter Allah. Inilah yang dimaksud Yesus dalam Matius 11:30, "Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
Selanjutnya kita dapat simpulkan berdasarkan Matius 22:37,39, "... Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." maka karakter itu adalah KASIH.

Kesimpulan

Jadi siapakah yang akan diselamatkan? Adalah mereka yang menyadari keselamatan mereka dengan iman. Menyadari akan keselamatan kita adalah hal terpenting dalam tujuan beragama kita. Iman itulah yang akan merobah kita menjadi pribadi yang dibenarkan seperti yang Allah kehendaki. Kenapa dari ketiga hal ini (1 Kor. 13:13), yaitu Iman, Pengharapan dan Kasih, yang terbesar ialah kasih?  Karena iman dan pengharapan itu bekerja di dalam diri manusia, namun yang nampak di luar adalah Kasih. Inilah yang dimaksudkan Yakobus "tujukkanlah imanmu, saya akan tunjukkan imanku dari perbuatan-perbuatannku" (Yak. 2:18)


Share This Post

0 komentar:

Post a Comment